Jenderal Korea Utara Terluka Imbas Serangan Rudal Ukraina

 

Jakarta - Seorang jenderal senior Korea Utara dikabarkan terluka dalam serangan Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia. Hal itu disampaikan seorang pejabat dari negara Barat seperti dikutip dari Wall Street Journal, Minggu, (24/11/2024).

Kabar ini menjadi pertama kalinya seorang perwira tinggi militer Korea Utara menjadi korban dalam konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, lebih dari 10.000 tentara Korea dikerahkan di Kursk saat Kremlin mencoba mengusir pasukan Ukraina yang melancarkan serangan di sana pada bulan Agustus.

Gedung Putih telah mengutuk penggunaan tentara Korea Utara oleh Moskow dan memperingatkan bahwa mereka dapat menjadi sasaran pasukan Ukraina. Ukraina meluncurkan sedikitnya 10 rudal Storm Shadow yang dipasok Inggris ke Kursk pada hari Rabu.

Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menanggapi ihwal kabar jenderalnya yang menjadi korban ini. Pyongyang telah mengirim seorang perwira senior, Kolonel Jenderal Kim Yong Bok ke Rusia untuk mengawasi upaya Korea Utara untuk berkoordinasi dengan Rusia.

John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakan pada bulan Oktober bahwa setiap pasukan Korea Utara yang bertempur di Ukraina akan menjadi "sasaran dan sasaran yang adil" bagi Ukraina.

Presiden Joe Biden sejak bulan November mengizinkan pasukan Ukraina untuk menggunakan rudal permukaan-ke-permukaan ATACMS buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia. Keputusan tersebut dimaksudkan sebagai tanggapan atas keputusan Rusia meminta bantuan pasukan Korea Utara. Rudal tersebut ditembakkan ke sasaran di wilayah Bryansk pada hari Selasa.

Presiden Rusia Vladimir Putin meminta dukungan pasukan Korea Utara karena pasukan Rusia telah kewalahan saat mereka berusaha maju di Ukraina timur sambil memukul mundur pasukan Ukraina di Kursk, menurut analis militer.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa jumlah pasukan Korea Utara yang dikirim ke Rusia dapat bertambah hingga 100.000. Dia belum memberikan bukti konkret untuk ramalan ini.

Pejabat pemerintahan Biden mengatakan bahwa mengintegrasikan pasukan Korea Utara ke dalam operasi militer Rusia bisa jadi sulit karena pasukan dari kedua negara menghadapi kendala bahasa dan perbedaan lainnya.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel