Jejak Perseteruan Duterte vs Bongbong Berujung Ancaman Pembunuhan
Sunday, November 24, 2024
Jakarta - Konflik Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dengan Presiden Filipina Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr memanas usai pernyataan soal ancaman pembunuhan Bongbong.
Keduanya telah cukup lama berselisih di puncak politik Filipina, mulai dari soal kebijakan luar negeri hingga perang mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap narkoba.
Konflik ini membuat Sara mengundurkan diri dari kabinet pada Juni silam. Namun, ia tetap menjabat sebagai wakil presiden.
Pengunduran diri ini menandakan runtuhnya aliansi politik yang membantu Sara Duterte dan Marcos mengamankan kemenangan pemilu 2022 dengan selisih suara yang besar.
Sentimen terhadap Bongbong bukan hanya berasal dari Sara, tetapi juga anggota keluarga Duterte lainnya.
Pada Januari 2024, Wali Kota Davao sekaligus anak eks presiden Filipina Rodrigo Duterte, Sebastian Baste Duterte, mengkritik Bongbong dan meminta Bongbong mengundurkan diri dari kursi presiden.
Menurut Sebastian, Marcos membiarkan masalah terus berlanjut di bawah pengawasan dia, termasuk perpecahan dalam pemerintahan.
Terbaru, Sara meminta Bongbong untuk dibunuh jika dirinya terbunuh. Pernyataan ini menanggapi seorang warganet yang memintanya untuk tetap aman.
Warganet tersebut menyebut Sara Duterte berada di wilayah musuh saat dirinya berada di ruang bawah Kongres bersama kepala stafnya. Namun, Sara Duterte tak menyebutkan adanya dugaan ancaman terhadap dirinya.
Ia hanya mengatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan seorang pembunuh bayaran dan menginstruksikan untuk membunuh Marcos, istrinya, dan pembicara dari DPR Filipina jika ia dibunuh.
"Saya telah berbicara dengan seseorang. Saya bilang, jika saya terbunuh, bunuhlah BBM (Bongbong Marcos), (ibu negara) Liza Araneta, dan (Ketua DPR) Martin Romualdez. Tidak main-main. Tidak main-main," kata Sara Duterte dalam konferensi pers, Sabtu (23/11).
"Saya bilang, 'jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka' dan kemudian dia mengiyakan," lanjutnya.
Pernyataan tersebut membuat Istana Kepresidenan Filipina bersumpah untuk mengambil tindakan serius.
"Bertindak berdasarkan pernyataan wakil presiden yang jelas dan tegas bahwa ia telah menyewa seorang pembunuh bayaran untuk membunuh presiden jika sebuah rencana yang dituduhkan terhadapnya berhasil, sekretaris eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini kepada Komando Keamanan Presiden untuk segera mengambil tindakan yang tepat," ujar Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina.
"Ancaman apapun terhadap nyawa presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman ini telah diungkapkan secara terbuka dengan istilah yang jelas dan pasti," tambahnya.
Sumber : CNN