Cerita Jokowi Rela Terima 'Hukuman' Publik Gegara Pangkas Subsidi BBM

 

Nusantara - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita mengenai kebijakan pemangkasan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2015 silam. Hal itu berdampak pada approval rating atau tingkat kepuasan publik pada pemerintahannya langsung jeblok.

"Saya ingat dulu saat pengalihan subsidi BBM, subsidinya kita potong, tapi harganya tentu naik. Saat itu saya ingat approval rating saya 72%, karena menaikkan BBM jatuh melorot menjadi 43%," kata Jokowi di acara Kompas 100 CEO Forum, di Istana Garuda, IKN, Kalimantan Timur, Jumat (11/10/2024).

Jokowi mengatakan, memutuskan kebijakan itu harus direncanakan, diukur, dan dihitung. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk berani memangkas subsidi BBM. Namun dari kebijakan itu Jokowi mengatakan ruang fiskal pemerintah jauh menjadi lebih besar.

"Kira-kira melompat ruang fiskal kita tambahannya ada Rp 170-an triliun saat itu, dari situlah kita berangkat membangun yang namanya infrastruktur," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, dalam 10 tahun terakhir anggaran yang ada telah dipergunakan untuk membangun 366 ribu kilo meter (km) jalan desa baru.

"Banyak yang bertanya kepada saya, masak sih Pak segitu panjangnya, pada gak percaya. Coba kita lihat. Jumlah desa di Indonesia ada 74.800 desa, kalau yang dibangun 366 ribu artinya 1 desa hanya 4 - 5 kilo meter. Logis gak?" kata Jokowi.

Justru menurut Jokowi, 366 ribu kilo meter jalan desa masih kurang untuk dibangun.

"Kalau menurut saya, seharusnya tidak begitu, bisa 2-3 kali dari yang ada sekarang. Itu adalah jalan-jalan produksi yang sangat penting bagi petani, sangat penting bagi para pekebun yang kita miliki," kata Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menjabarkan pemerintah telah membangun embung 6.800, pasar desa 14.700, 46.000 posyandu, dan jalan tol hingga 2.433 km.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel