Klaim Muhadjir: Program Jokowi Tahan Penurunan Kelas Menengah

 

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengungkapkan program pemerintah berhasil menahan bertambahnya angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem. 

Ia berharap pada hasil survei kemiskinan dan kemiskinan ekstrem bakal menurun.

Muhadjir menjelaskan angka kemiskinan ekstrem pada 10 tahun terakhir berada di angka 4%, namun turun menjadi 0,8% pada Maret 2024 lalu. Ia melihat kemungkinan pada hasil survei yang diumumkan bulan ini kemungkinan lebih rendah dari 0,8%.

"Ini juga masih menunggu hasil survei per September nanti. Bisa jadi nanti lebih rendah dibanding 0,8%," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Muhadjir mengakui adanya penurunan jumlah kelas menengah. Namun, menurutnya, kelas menengah itu hanya turun ke posisi aspiring middle class atau calon kelas menengah, tidak terjun ke kelas miskin.

Sehingga ia mengklaim penanganan kemiskinan pemerintah sudah cukup berhasil. Karena bisa menahan jumlah angka kemiskinan.

"Angka kemiskinan kita turun dari 9,8% sekarang kan 9,03%, mudah-mudahan September nanti bisa turun lagi harapan kita," katanya.

"Jadi artinya strategi kita menangani kemiskinan dan kemiskinan ekstrem cukup bagus, karena bisa menahan hempasan penurunan kelas menengah," lanjutnya.

Namun, Muhadjir mengatakan penurunan kelas menengah ini harus diantisipasi melalui kebijakan atau intervensi. Supaya bisa kembali menaikkan angka jumlah masyarakat kelas menengah.

"Tapi tentu saja kita tidak bisa berlama-lama saya juga tidak menjamin bahwa daya tahan kita terus kuat tanpa diikuti kebijakan atau intervensi kebijakan untuk menaikkan kembali kelas menengah itu yang sekarang turun aspiring middle class itu, dan bakal calon kelas menengah itu naik ke kelas menengah. Memang ini pekerjaan yang cukup menantang tapi saya optimis kita bisa melakukan," kata Muhadjir.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, pada 2024 ini jumlah kelas menengah mencapai 47,85 juta turun dibandingkan 2019 lalu mencapai 57,33 juta.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel