AS Tiba-Tiba Panik, Gedung-Gedung Pemerintah & Sekolah Diancam Bom

 

Jakarta - Amerika Serikat (AS) tiba-tiba panik. Ini terjadi di Springfield, Ohio dievakuasi, Kamis waktu setempat.
Orang-orang di gedung-gedung pemerintahan dan sekolah dasar dievakuasi. Hal ini terjadi setelah muncul ancaman bom melalui email.

Springfield sendiri menjadi salah satu kota yang jadi pusat perhatian pasca debat calon presiden (capres) AS antara Kamala Harris dan Donald Trump. Di mana Trump mengklaim teori konsiprasi anti migran di wilayah itu, seraya menyebut pemukim ilegal Haiti memakan hewan peliharaan warga dan sempat membuat heboh, meski telah dibantah pemerintah.

Polisi Springfield mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Balai Kota dan beberapa gedung pemerintah lainnya telah dievakuasi setelah ancaman bom dikirim melalui email pada pukul 8:24 pagi. Sekolah Dasar Fulton dan Akademi Keunggulan Springfield juga tercantum dalam daftar ancaman dan turut dievakuasi.

"Pihak berwenang menyelidiki dan membersihkan semua fasilitas yang tercantum dalam ancaman tersebut dengan bantuan anjing pendeteksi bahan peledak," kata polisi.

"Saat ini kami bermitra dengan kantor Biro Investigasi Federal di Dayton untuk mengidentifikasi sumber email tersebut," tambahnya.

Sementara itu, Wali Kota Rob Rue mengatakan kepada Springfield News-Sun bahwa orang yang mengirim ancaman bom tersebut mengaku berasal dari kota tersebut. Pelaku menyebut masalah imigran Haiti.

"Saya sedikit stres. Saya pikir sesuatu mungkin terjadi," kata imigrab Haiti Mackenso Roseme yang hendak menjemput anaknya karena perintah evakuasi.

Di sisi lain, meskipun ada ancaman bom, Trump masih memposting ulang meme yang terkait dengan teori konspirasi beberapa jam kemudian di platform Truth Social miliknya. Ia mengklaim Ohio "dibanjiri oleh Imigran Ilegal, sebagian besar dari Haiti, yang mengambil alih Kota dan Desa pada tingkat dan laju yang belum pernah terlihat sebelumnya".

Springfield, dengan populasi sekitar 58.000 jiwa, telah mengalami peningkatan imigran Haiti dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Springfield News-Sun, ada 10.000 hingga 15.000 jiwa imigran di area tersebut.

Layanan sosial, sekolah, dan perumahan telah tertekan di kota tersebut selama bertahun-tahun, dengan beberapa pihak menunjuk migrasi sebagai salah satu faktornya. Sekelompok pendeta multiras mengadakan konferensi pers pada hari Kamis di Springfield, bergandengan tangan dalam doa dan menyerukan masyarakat untuk bersatu.

"Hari ini ada beberapa hal yang terjadi, beberapa ancaman kekerasan," kata mantan pendeta First Baptist Church, Wes Babian, kepada AFP.

"Itulah bagian dari apa yang memotivasi seruan cepat para pendeta untuk bersatu guna menyatakan dukungan kami bagi masyarakat Haiti dan kepedulian kami terhadap kesejahteraan seluruh masyarakat," tambahnya.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel