Wamenkeu: Gerak Ekonomi Awal Tahun Cukup Menantang

 

Jakarta - Kementerian Keuangan menghadapi tantangan besar saat mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Semester I-2024. Mulai dari harga-harga komoditas yang anjlok hingga setoran pajak yang makin loyo.

"Kita lihat gerak ekonomi ini selama Semester I memang cukup menantang," ucap Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara dalam program Economic Update 2024, Jumat (2/8/2024).

Suahasil mengatakan, selama paruh pertama tahun ini, aktivitas ekonomi tertekan oleh banyaknya faktor ketidakpastian, mulai dari masuknya periode Pemilu di negara-negara maju yang demokratis, hingga perlambatan ekonomi China.

Oleh sebab itu, Suahasil mengatakan, kondisi ekonomi dunia saat ini sebetulnya tidak baik-baik saja. IMF pun telah memperkirakan ekonomi global pada tahun ini hanya akan tumbuh 3,2% atau melambat dari proyeksi untuk 2023 yang masih sebesar 3,3%.

"Kita lihat ini kondisi ekonomi dunia memang sedang tidak baik-baik saja karena di Amerika sendiri sedang terjadi perubahan, apalagi dengan mereka menghadapi Pemilu nanti bulan November sepertinya cukup seru," ucap Suahasil.

"Tiongkok kemarin mengeluarkan angka pertumbuhan ekonominya di bawah 5%,jadi ini mulai banyak di price-in oleh global, nah ini pergerakan global yang seperti ini tentu mempengaruhi perekonomian kita," ucap Suahasil.

Ketidakpastian perekonomian global itu pun menurut Suahasil telah mempengaruhi perekonomian domestik, seiring dengan adanya pelemahan dari harga-harga komoditas. Akibatnya, sisi penerimaan negara ikut mengalami tekanan.

"Dan kita lihat di situ beberapa angka yang kalau di dalam gerak ekonomi yang muncul dalam angka penerimaan pajak ada beberapa pelemahan dan itu kita pahami ketika kita lihat datanya lebih dalam lagi," tutur Suahasil.

Sebagaimana diketahui, penerimaan pajak hingga Semester I-2024 makin loyo. Hingga 30 Juni 2024 hanya sebesar Rp 893,8 triliun, atau turun 7,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 970,2 triliun.

PPh Badan terkontraksi sebesar 34,5% secara neto dengan realisasi Rp 172,66 triliun, dan di sisi lain PPN Dalam Negeri pun terkontraksi 11% secara neto dengan realisasi Rp 193,06 triliun.

"Penerimaan pajak terutama yang sifatnya PPh badan itu tergantung kepada performance kinerja laporan keuangan badan usaha tahun sebelumnya, jadi kalau menurun kena di 2024. Dan kalau kita lihat di PPN, brutonya sudah mulai positif tapi netonya negatif growth karena banyak yang restitusi," kata Suahasil.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel