PD Jawab Kritik Mega soal Pemilu, Singgung PDIP Menang Pilpres 2 Kali

 

Jakarta - Partai Demokrat menanggapi kritik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal pemilu yang disebut memaksa untuk memilih pemimpin yang belum mumpuni. PD menyinggung soal PDIP yang menang tiga kali pileg dan dua kali pilpres.

"Kami menghormati pernyataan Ibu Megawati yang memberikan pernyataan kritis terhadap Pemilu. Namun sebagai ketua umum partai terbesar yang memenangi 2 kali Pilpres secara berturut 2014 dan 2019, serta memenangi Pileg tiga kali secara berturut-turut pada Pileg 2014, 2019, dan 2024, pernyataan ini lebih tepat menjadi sebuah autokritik," kata Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, Sabtu (17/8/2024).

"PDIP sebagai partai terbesar tentu punya saham terbesar pula pada bentuk wujud kehidupan politik dan demokrasi termasuk Pemilu pada 10 tahun terakhir," katanya.

Kemudian, jika Megawati menyebut pemilu hanya sekedar prosedural, maka PD menilai Megawati seharusnya bisa berkontribusi lebih untuk membentuk pemilu yang berkualitas.

"Lagi-lagi Bu Megawati dengan berbagai posisi strategisnya memiliki kekuasan dan kesempatan untuk berkontribusi nyata pada perubahan dan pembenahan UU paket politik agar sistem politik kita semakin tinggi derajat dan kualitas demokrasinya. Jika itu belum terwujud sebagai mana yang beliau harapkan, tanya kenapa," ucapnya.

Meski begitu, PD tak mau berdebat soal pelaksanaan pemilu selama 10 tahun terakhir. PD mengajak semua pihak untuk sama-sama membangun demokrasi yang baik.

"Namun kita tidak ingin larut menjadikan polemik dengan mempersoalkan 10 tahun kebelakang. Untuk itu, kami mengajak agar ke depan kita bersama-sama melakukan evaluasi dan pembenahan sistem politik kita agar semakin demokratis," katanya.

Mega Kritik Pemilu

Sebelumnya, Megawati Soekarnoputri menyinggung soal pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Megawati meminta agar rakyat dibiarkan memilih, bukan dipaksa mencari pemimpin yang belum mumpuni.

Hal tersebut disampaikan Megawati dalam amanatnya saat memimpin upacara HUT ke-79 Republik Indonesia di sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (17/8/2024). Megawati awalnya menyoroti realita gelaran Pilkada kali ini tak sesuai dengan asas penyelenggaraan yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil atau Luber Jurdil.

"Sedikit tambahan saya, pemilu adalah sebenarnya suatu wahana untuk menunjukkan bahwa hak rakyat sepenuhnya itu dapat digunakan dengan baik," kata Megawati dihadapan peserta upacara, Sabtu (17/8/2024).

"Saya tidak terbayangkan bahwa pemilihan yang katanya pemilihan umum lalu Luber, langsung, umum, bebas, rahasia dengan segala slogannya, tetapi tidak menjadi sebuah kenyataan," sambungnya.

Presiden RI ke-5 itu menekankan pemilu sejatinya merupakan hak rakyat dengan sukarela untuk memilih pemimpinnya. Dia kemudian menyoroti adanya pemaksaan kepada rakyat dalam pemilihan umum.

"Berilah hak rakyat untuk dapat mencari pemimpinnya yang benar-benar itu bagi mereka adalah pemimpin yang sejati," ucap Megawati.

"Bukan mencari atau dipaksakan untuk mencari pemimpin yang pada kenyataannya belum mempunyai kader sebagai pemimpin yang mumpuni," tambahnya.

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel