Kronologi Pembunuhan Ismail Haniyeh, Bom Sudah Ditanam 2 Bulan
Saturday, August 3, 2024
Jakarta - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas pada Rabu (31/7) dinihari waktu setempat. Ia meninggal saat beristirahat di Teheran, Iran.
Sebelumnya, media pemerintah Iran dan Hamas mengindikasikan Haniyeh terbunuh oleh roket yang ditembakkan dari luar gedung tempat ia menginap.
Namun, temuan baru mengungkap sebuah bom diselundupkan ke dalam wisma tamu, yang berada di bawah perlindungan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Hal ini pertama kali diberitakan oleh The New York Times. Media tersebut mengatakan kematian Haniyeh dan bodyguard-nya disebabkan ledakan sebuah bom canggih yang dikendalikan dari jarak jauh.
Bom itu diselundupkan sekitar dua bulan lalu ke dalam kamar pemimpin Hamas di wisma tamu Teheran tempat dia menginap.
Laporan tersebut mengutip seorang pejabat Amerika Serikat (AS) dan tujuh pejabat Timur Tengah, termasuk dua anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran.
Laporan tersebut juga mengutip para pejabat dari AS dan Timur Tengah yang mengatakan Israel berada di balik pembunuhan tersebut.
Menurut tiga pejabat Iran, pembunuhan tersebut merupakan "hal yang sangat memalukan" bagi IRGC, yang mengelola wisma tempat Haniyeh dan pejabat lainnya menginap.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pengambilan sumpah Presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian. Israel tidak membenarkan atau membantah pembunuhan tersebut, namun Iran berjanji akan membalas dendam terhadap Israel, dikutip dari The Times of Israel, Sabtu (3/8/2024).
Pejabat IRGC mencatat bahwa meskipun ledakan tersebut menghancurkan jendela dan meruntuhkan sebagian dinding kompleks, hanya sedikit kerusakan pada bangunan secara keseluruhan.
Menurut The New York Times, hal ini menunjukkan bahwa ledakan tersebut kemungkinan besar bukan disebabkan oleh serangan rudal, seperti yang telah diberitakan. Sebuah rudal juga akan kesulitan menembus pertahanan udara Iran, kata media tersebut.
Pejabat Timur Tengah mengatakan upaya pembunuhan itu sudah direncanakan selama berbulan-bulan dengan pengintaian yang ekstensif.
Dua pejabat Iran mengatakan tak tahu kapan dan bagaimana pastinya bom itu diselundupkan ke kamar Haniyeh. Sekitar 5 pejabat Timur Tengah yang menyebut bom itu sudah 'ditanam' selama dua bulan.
"Para pejabat intelijen Israel memberi pengarahan kepada Amerika Serikat dan pemerintah Barat lainnya mengenai rincian operasi tersebut segera setelah aksi dilancarkan," kata lima pejabat Timur Tengah.
Laporan itu juga mengatakan beberapa pejabat AS telah sepakat bahwa Israel bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Anggota IRGC mengatakan ketepatan serangan itu mengingatkan pada senapan mesin yang dioperasikan dari jarak jauh oleh tim Mossad untuk membunuh ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh pada tahun 2020.
Haniyeh tinggal di kompleks IRGC bernama Neshat di area utara Teheran. Kompleks tersebut dikatakan digunakan untuk retret, pertemuan rahasia, dan "menampung tamu-tamu terkemuka" seperti Haniyeh.
Menurut laporan, staf medis di kompleks tersebut bergegas ke kamar Haniyeh setelah bom meledak, sekitar pukul 02.00 waktu setempat, dan menyatakan dia meninggal di tempat. Mereka juga menyatakan bodyguard-nya ikut.
Pejabat senior Hamas Khalil Al-Hayya juga datang ke lokasi kejadian, dan dia melihat jenazah Haniyeh.
Ketiga pejabat Iran tersebut mengatakan Jenderal Ismail Ghaani, komandan Pasukan Quds IRGC, segera diberitahu tentang ledakan tersebut. Dia membangunkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan memberitahunya bahwa Haniyeh telah terbunuh.
Sebelumnya, Israel bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya. Pembunuhan Haniyeh terjadi sebulan setelah serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza tengah, menghantam pemimpin militer Hamas Muhammad Deif, yang kematiannya dikonfirmasi oleh tentara pada hari Kamis (1/8) lalu.
Sumber : CNBC