Pedagang Buka Fakta Soal Ramai-Ramai Warga Pindah ke Rokok Murah

 

Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, hingga Mei 2024, penerimaan cukai sebanyak Rp 81,1 triliun. Angka itu setara dengan 33% dari target APBN. 

Namun, dia mengingatkan mengingatkan ada hal yang harus diwaspadai. Yaitu terjadinya shifting, banyak yang pindah ke rokok golongan 3 alias rokok murah.

Lalu apakah benar demikian?


Pedagang eceran yang ditemui CNBC Indonesia di kawasan Jakarta Selatan mengungkapkan, saat ini terjadi kenaikan harga rokok, merata hampir di semua merek.

"Kayanya harga rokok ya naik terus deh, bukan sekarang aja tiba-tiba naik gitu, ngga gitu," sebut Iwan, pedagang rokok di kawasan Tendean, Kamis (11/7/2024).

"Gudang Garam Filter, Super juga sama Esse termasuk yang naik harganya. Ada yang naik Rp 1.000, ada juga Rp 2.000 per bungkus variatif lah," tambahnya.

Apakah kenaikan harga tersebut menyebabkan penjualan penurunan?


"Orang tetap beli, kayanya nggak ngaruh ya ada kenaikan harga juga. Memang ada yang nanya kayanya harga beda ya dari kemarin tapi tetap dibeli juga. Kenaikannya mungkin sebulan terakhir ya," kata Iwan.

Hal senada disampaikan Yati, pedagang rokok di kawasan Lebak Bulus.

"Kayanya sama aja. Yang biasa beli filter tetap beli itu. Orang mah bela-belain beli rokok sekalipun ga makan, yang penting ngerokok mah harus," ujar Yati.

Dia menuturkan, harga rokok bergerak naik sejak sepekan belakangan.

"Mungkin satu dua minggu ke belakang. Tapi memang rokok harganya naik terus sih. Kemarin-kemarin juga sempat naik harganya, tapi yang lumayan belakangan ini," ujarnya.

"Gudang Garam Filter sekarang Rp 28.000 baru dua Minggu lalu Rp26.000, naiknya lumayan juga Rp 2.000. Tapi kaya Dji Sam Soe masih murah Rp21.000. Kalo kaya A Mild udah Rp35.000 sekarang, sebelumnya Rp33.000," tambah Yati.

Dia pun menambahkan, pola konsumsi rokok yang terjadi saat ini. Yang membuat pedagang akhirnya masih bisa menikmati keuntungan meski harga naik.

"Ya mau ga mau dinaikin juga harganya. Rokok untungnya tipis. Kalau gak ada ditanyain, orang ngopi gak ada rokok kan kurang. Jadi ya kita ada-adain aja biarpun untungnya cuma dikit," ujarnya.

"Namanya di terminal orang belinya ketengan. Kaya filter sebatang dijual Rp 3.000 aja kalau 2 jadi goceng (Rp5.000)," ucap Yati.

Rencana Kenaikan Cukai Rokok

Sebelumnya, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengatakan telah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penyesuaian terhadap tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2025. Dengan demikian, kemungkinan tarif cukai rokok akan naik ini akan menyebabkan harga rokok pada 2025 semakin mahal.

"Kami sudah dapat persetujuan untuk menyesuaikan tarif cukainya pada 2025, intensifikasi," kata Askolani di DPR, Jakarta, Senin, (10/6/2024).

Dia mengatakan besaran kenaikan tarif itu masih dibahas. Besaran penyesuaiannya, kata dia, akan masuk dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) 2025.

"Nanti besarannya kita bahas di RAPBN 2025, di Agustus nanti," kata dia.

Seperti diketahui, pemerintah berencana menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) di 2025. Rencana ini dipaparkan saat Kementerian Keuangan rapat bersama dengan Komisi XI DPR pada Juni 2024 lalu.

Dokumen pemerintah yang tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro Pokok Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025 memuat arah kebijakan cukai, antara lain: tarif bersifat multiyears, kenaikan tarif moderat, penyederhanaan tarif cukai, dan mendekatkan disparitas tarif antar layer.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel