Erick Ungkap Solusi Instan Indonesia Tekan Impor BBM: Bioetanol

 

Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong penggunaan bioetanol sebagai campuran pada Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin. 

Terutama, melalui implementasi Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel).

Erick menilai penggunaan bioetanol sebagai bahan baku campuran BBM jenis bensin menjadi solusi dalam menekan impor produk BBM yang selama ini membuat keuangan negara menjadi boncos.

"Karena ke depan Indonesia policy-nya tidak mau banyak impor crude oil. Tetapi dengan adanya 50% marketnya EV dan 50% combustion engine-nya, tetapi di situ lebih friendly penggunaan BBM-nya. Apalagi kita punya gula, punya sawit, itu sesuatu yang bagus," kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Indonesia saat ini telah memiliki 13 industri bioetanol. 

Meski begitu, dari 13 industri tersebut hanya ada dua pabrik bioetanol fuel grade yang digunakan sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan pihaknya masih berdiskusi mengenai program campuran bioetanol untuk BBM, apakah dimulai dari 2,5% dulu atau 5%.

Namun yang pasti, dari 13 industri bioetanol yang ada saat ini, setidaknya hanya dua industri yang baru memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grade.

"Nah ini kita ingin akselerasi industri juga, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grid, yang lain adalah food grid," kata dia dalam acara Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, dikutip Jumat (5/7/2024).

Menurut Eniya, program campuran bioetanol untuk BBM sendiri sejatinya sudah ada. Namun sayang, sampai saat ini pencapaian masih nihil, padahal pada 2025 ditargetkan Indonesia sudah capai bioetanol 20%.

"Nah dari dulu program bioetanol ini sudah ada, regulasi di Kementerian ESDM sudah banyak, bahkan sampai 2025 harusnya kita sudah capai 20% bioetanol, tetapi sama sekali sampai sekarang nol," ujarnya.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel