7 Mitos Malam 1 Suro Menurut Masyarakat Jawa, Apa Saja?

 

Solo - Masyarakat Jawa mempercayai banyak mitos malam 1 Suro. Malam ini bukan sekadar pergantian tahun, tetapi juga momen yang sakral. Momen ini dianggap keramat, penuh bahaya, sekaligus menjadi momen untuk memohon keberuntungan.

Malam 1 Suro pada tahun ini jatuh pada hari Senin (8/7/2024) menurut penanggalan Kalender Sultan Dalam perhitungan Jawa, hari dimulai dari malam ke siang. 

Oleh karena itu, malam 1 Suro dimulai pada Minggu sore, yang dianggap sudah masuk Senin menurut perhitungan Jawa.

Apa saja mitos malam 1 Suro menurut masyarakat Jawa? Mari simak penjelasannya berikut ini yang dihimpun dari artikel ilmiah berjudul Sasi Suro pada Orang Jawa di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana oleh Triwijayanti, Tradisi Ritual Bulan Suro pada Masyarakat Jawa di Desa Sambirejo Timur Percut Sei Tuan oleh M Siburian dan Watson Malau, serta Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa oleh Galuh Kusuma Hapsari!

Mitos Malam 1 Suro Menurut Masyarakat Jawa

1. Larangan Berkata Kasar

Masyarakat Jawa percaya bahwa Suro merupakan bulan keramat yang membawa energi negatif. Mereka meyakini bahwa roh para wali hadir dan mendengarkan doa serta harapan masyarakat. Oleh karena itu, perkataan buruk pun bisa menjadi kenyataan.

Mulai dari malam 1 Suro dan seterusnya, masyarakat Jawa dilarang berkata buruk atau kasar. Pada dasarnya, berkata kasar merupakan perbuatan tercela dan dilarang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Harus Tenang dan Dilarang Berisik

Salah satu ritual yang dilakukan pada malam 1 Suro adalah Tapa Bisu, yaitu berkeliling dengan hening dan tidak berbicara. Ritual ini tidak hanya ada di keraton Jogja, tapi dilakukan juga di keraton Solo. Keheningan dianggap sebagai bentuk penghormatan dan mediasi spiritual untuk menyerap energi positif yang ada pada malam tersebut.

3. Larangan Keluar pada Malam Hari

Malam 1 Suro dianggap sangat keramat dan penuh dengan bahaya oleh masyarakat Jawa. Kepercayaan ini membuat banyak orang memilih untuk berdiam diri di rumah pada malam tersebut.

Mereka yakin bahwa melakukan perjalanan jauh pada malam 1 Suro dapat mengakibatkan musibah atau bahaya. Pasalnya, energi dan roh leluhur dianggap sangat kuat dan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Untuk menghindari malapetaka dan menjaga keselamatan, masyarakat Jawa menghindari kegiatan penting atau bepergian pada malam 1 Suro.

4. Pantang Mengadakan Pesta dan Hajatan

Bulan Suro dianggap waktu yang tidak tepat untuk mengadakan hajatan seperti pernikahan, sunatan, atau pesta besar lainnya oleh masyarakat Jawa. Keyakinan ini berlaku sejak malam 1 Suro dan berlangsung selama satu bulan penuh.

Banyak orang percaya, menggelar acara besar di bulan Suro dapat mendatangkan musibah seperti kebakaran, kematian, atau perceraian, serta mengurangi rezeki.

Meskipun dalam Islam tidak ada larangan atau aturan khusus mengenai waktu yang tepat untuk menikah atau mengadakan hajatan, banyak orang Jawa memilih untuk menunda acara-acara penting dan mengadakan selamatan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan ketentraman.

5. Dilarang Pindahan atau Mulai Membangun Rumah

Masyarakat Jawa juga meyakini bahwa pindahan atau pembangunan rumah pada malam 1 Suro dapat membawa kesialan. Kepercayaan ini membuat banyak orang menunda rencana pindah rumah atau membangun rumah baru hingga bulan Suro berakhir.

Mereka meyakini bahwa melakukan aktivitas pindahan pada malam tersebut dapat mengundang nasib buruk, gangguan dari roh, serta energi negatif yang kuat. Sebagai hasilnya, masyarakat lebih cenderung untuk menunggu sampai waktu yang dianggap lebih aman untuk melanjutkan rencana pindahan atau pembangunan rumah mereka.

6. Lebaran Makhluk Gaib

Dikutip dari buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia oleh Fitri Haryani Nasution, malam 1 Suro dianggap sebagai saat "lebaran" bagi makhluk gaib menurut kepercayaan masyarakat Jawa. Pada malam ini, diyakini bahwa makhluk gaib akan keluar dari tempat persembunyiannya dan aktif berinteraksi dengan dunia manusia.

Malam 1 Suro dianggap puncak energi dan roh-roh leluhur yang memungkinkan makhluk gaib bergerak bebas. Kepercayaan ini sering terkait dengan penampakan hantu, suara aneh, atau perasaan tidak nyaman yang meningkat.

7. Momen Buang Sial

Masih dikutip dari buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia oleh Fitri Haryani Nasution, malam 1 Suro menjadi waktu untuk melakukan ritual atau ruwatan guna menolak musibah dan bencana yang mengintai. Ritual ini disebut sebagai "buang sial", di mana masyarakat Jawa membersihkan diri dari energi negatif dan melindungi keluarga serta harta benda dengan doa-doa khusus dan penggunaan benda-benda simbolis.

Tujuan ruwatan adalah memulai tahun baru dengan keselamatan. Ada juga harapan bahwa keberuntungan akan melingkupi kehidupan mereka selama setahun.

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel