Survei Membuktikan Jokowi Effect Dominan di Pilkada 2024

 

Jakarta - Efek dari Presiden Jokowi terhadap calon pemilih di Pilkada 2024 terpantau dominan. Adalah survei dari Litbang Kompas yang menghitung suara responden mengenai Jokowi effect di Pilkada 2024 ini.

Survei itu menyatakan 54% responden mempertimbangkan calon yang memiliki hubungan dengan Jokowi. Ini membuktikan bahwa Jokowi effect dominan di Pilkada serentak 2024 nanti.

Survei ini dilakukan pada 27 Mei hingga 2 Juni 2024 melalui wawancara tatap muka. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia. Tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error kurang lebih 2,83 persen.

Responden diberi pertanyaan 'Dalam memilih kepala daerah, apakah Anda mempertimbangkan untuk memilih calon yang memiliki hubungan kedekatan dengan Presiden Jokowi?'. Hasilnya sebanyak 54,3% menjawab 'ya, mempertimbangkan'. Berikut hasil lengkapnya:

- Ya, mempertimbangkan 54,3%
- Tidak mempertimbangkan 32,9%
- Tidak tahu 12,7

Selain itu, Litbang Kompas juga mengeluarkan persentasi respons responden yang mempertimbangkan paslon Pilkada yang diusung PDIP. Hasilnya, 58,5% menjawab akan mempertimbangkan. Berikut hasil lengkapnya:

- Ya, mempertimbangkan 58,5%
- Tidak mempertimbangkan 25,3%
- Tidak tahu 16,2%

Bila menengok statement para politikus soal Jokowi effect di pemilu yang sudah berlalu, Jokowi effect dipercaya manjur menyukseskan pemilu. Maruarar Sirait selaku pendukung Jokowi menyebut efek itulah yang memenangkan duet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

"Jokowi effect mempengaruhi hasil pilpres. Basis-basis Pak Jokowi seperti Sulut, Maluku, Bali, Toraja, Sumut daerah Toba, semuanya Prabowo-Gibran menang," kata Maruarar kepada wartawan, 21 Februari lalu.

Namun Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berpandangan lain. PDIP menjadi partai dengan raupan suara tertinggi di Pileg 2024. Capaian itu dinilainya bukan karena Jokowi effect.

PDIP, kata Hasto, menang karena kelembagaan partainya yang baik. Ini lain dengan efek yang terjadi pada sebagian pihak di luar PDIP.

"Jadi, yang ada bukan Jokowi effect, tetapi adalah bansos effect, penggunaan aparatur negara effect, intimidasi effect, itu yang terjadi," ujar Hasto di DPP PDIP, Jakarta Pusat, 25 Maret lalu.

"Buktinya PSI kan juga tidak lolos pemilu meskipun dari sumber-sumber terpercaya itu sudah dilakukan berbagai upaya untuk menggolkan itu," sambung dia.

Sebagaimana diketahui, Jokowi memang berasal dari PDIP. Namun belakangan, terutama jelang Pilpres 2024 kemarin, kondisi politik menampakkan hubungan Jokowi dan PDIP tidak seharmonis dulu lagi. Jokowi mendukung Prabowo-Gibran dan PDIP mendukung Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024. Pemenang Pilpres 2024 adalah Prabowo-Gibran.

Lantas bagaimana dengan efek Jokowi di Pilkada? Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, mengatakan akan ada pengaruh kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi dengan kondisi Pilkada nanti. Berdasarkan survei Litbang Kompas, 75,6 persen responden puas dengan kinerja Jokowi-Ma'ruf.

"Ya tentu dong (pengaruh Jokowi relevan di pilkada), kan di masyarakat kita begitu kalau pemimpin-pemimpin yang mereka hormati tentu mereka akan dengar juga gitu," kata Habiburokhman di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/6) lalu.

Ketu Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan setiap pemerintah memiliki pengaruh di Pilkada, Jokowi juga. Airlangga mengatakan dinamika Pilpres dan Pilkada berbeda. Airlangga menilai pemerintah selalu memiliki pengaruh dalam hal Pemilu.

"Ya tentu pemerintah selalu punya pengaruh karena tentu pemerintah kan kita berharap infrastruktur selalu disiapkan oleh pemerintah, apakah anggaran pemilu oleh pemerintah, apakah keamanan dan yang lain," kata Airlangga di Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Sabtu (22/6) kemarin.

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel