Pesanan ke Pabrik RI Dibatalkan, Kemenperin Tunjuk Biang Keroknya

 

Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di bulan Juni 2024 berada di level 52,5. Angka ini stagnan atau tak mengalami perubahan dari posisi IKI di bulan Mei 2023.

Disebutkan, dari 23 subsektor industri yang masuk dalam IKI, hanya 1 subsektor yang mengalami kontraksi atau pelemahan. Yaitu industri tekstil.

Di sisi lain, Kemenperin mengungkapkan, industri pengolahan di dalam negeri juga mengalami penurunan pesanan baru. Bahkan, ada yang mengalami pembatalan kontrak pesanan.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, IKI kali ini menunjukkan sektor manufaktur di dalam negeri berusaha bertahan di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi global.

Terbukti, ujar dia, pergerakan IKI tahun ini berbeda dari pola di tahun 2023 lalu.

"Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Juni 2024 mencapai 52,5, tidak berbeda dengan angka IKI bulan Mei 2024. Ini merupakan sinyal bertahan industri di tengah kondisi iklim usaha global saat ini," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (28/6/2024).

"Hal ini tidak sejalan dengan pola nilai IKI periode tahun sebelumnya. IKI Juni tahun 2023 mengalami peningkatan ekspansi 3,03 poin dari IKI bulan Mei 2023 dan masih merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 53,93. Kondisi kegiatan usaha yang naik dan stabil mencapai 78,8%. Pola nilai IKI bulan Juni 2024 masih mengikuti pola IKI sejak dari bulan Februari 2024," paparnya.

Dia menjelaskan, peningkatan nilai IKI dipengaruhi oleh meningkatnya nilai variabel pesanan baru dan persediaan produk.

Tercatat, nilai IKI variabel pesanan baru meningkat 1,62 poin menjadi 54,78. Nilai ini lebih rendah dari nilai variabel pesanan bulan Juni 2023. Pada bulan Juni 2023, variabel pesanan baru meningkat ekspansinya cukup besar (naik 4,97) sampai mengubah level dari kontraksi di 49,84 menjadi ekspansi 54,81.

Sementara, nilai IKI variabel persediaan produk meningkat 0,46 poin menjadi 55,05. Hampir seluruh subsektor pada variabel persediaan mengalami ekspansi dan hanya dua subsektor yang kontraksi, yaitu Industri Mesin & Perlengkapan YTDL (yang tidak termasuk dalam lainnya) dan Industri Barang Galian Bukan Logam.

Pembatalan Pesanan

Di sisi lain, Febri menambahkan, selain ketidakpastian global dan pelemahan nilai tukar, beberapa faktor yang mendorong perlambatan ekspansi IKI yaitu pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag No 8/2024) yang mengurangi peningkatan pesanan baru beberapa produk industri pengolahan, bahkan terjadi pembatalan kontrak pesanan.

"Normalnya pada bulan Juni indikator kegiatan usaha industri adalah yang tertinggi, semoga kondisi ini dapat diperbaiki melalui revisi Permendag 8 tahun 2024," ungkapnya.

Lalu bagaimana dengan optimisme pelaku usaha untuk 6 bulan ke depan?

Menurut Febri, subsektor yang paling optimis untuk 6 bulan ke depan adalah industri pencetakan dan reproduksi media rekaman, diikuti industri kertas dan barang kertas, dan industri pengolahan lainnya.

"Optimisme terendah ada pada Industri Barang Galian Bukan Logam dan Komputer, Barang Elektronik & Optik. Kedua subsektor industri tersebut masuk ke dalam subsektor yang diatur pada Permendag 8 Tahun 2024," katanya.

"Industri Kayu, Barang Kayu dan Gabus serta Industri Tekstil merupakan industri dengan tingkat pesimisme yang cukup tinggi," ujar Febri.

Untuk membantu menjaga optimisme pelaku usaha, dia pun meminta dukungan Kementerian Keuangan untuk fokus mengarahkan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

"Hal ini agar LPEI dapat terus membiayai industri manufaktur yang berorientasi ekspor, antara lain untuk pembiayaan penyediaan bahan baku impor, restrukturisasi mesin, biaya logistik pengiriman ekspor, dan sebagainya," pungkas Febri.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel