Gedung Kantor di Jakarta Susah Laku, Bos Properti Bongkar Penyebabnya

 

Jakarta - Permintaan di sektor properti, khususnya gedung perkantoran belum menunjukkan pertumbuhan kinerja yang signifikan. Mengutip data lembaga konsultan properti Leads Poperty, masih tersedia 3,1 juta m² ruang kosong di pasar perkantoran di Jakarta.

Bagaimana kondisi sebenarnya?

Direktur PT Ciputra Development Tbk Artadinata Djangkar mengatakan, kondisi pasar perkantoran sewa masih belum sehat. Sisa pasokan yang belum terserap masih besar, sehingga okupansi rata-rata sekitar 75%. Kondisi ini menyebabkan pengembang/ pengelola belum dapat menaikkan tarif sewa.

"Sekalipun demikian sejak akhir 2022 sudah terdapat sedikit perbaikan, di mana pasar perkantoran sewa mengalami 'net demand'. Artinya jumlah kebutuhan tahunan lebih besar dari pada supply baru tahunan," kata Artadinata, Rabu (26/6/2024).

"Namun kenaikan demand ini masih belum bisa meningkatkan occupancy (tingkat keterisian) secara signifikan," imbuhnya.

Artadinata, kondisi ini berawal dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 lampau. Sebelum pandemi, ungkapnya, ada pasokan baru gedung perkantoran yang cukup besar.

"Saya kira tidak terlalu berkaitan dengan kondisi ekonomi. Masalah utama adanya kelebihan supply yang cukup besar sebelum Covid," katanya,

"Ketika Covid terjadi work from home (WFH) dalam waktu yang cukup panjang. Setelah Covid selesai, beberapa perusahaan khususnya asing masih ada yang menerapkan WFH singkat (1 atau 2 hari seminggu). Dan melakukan efisiensi penggunaan ruang, misalnya dengan mengubah lay out kantor. Bahkan ada juga perusahaan perusahaan yang malah melakukan pengurangan luas kantor," tambah Artadinata.

Sebelum pandemi, jelasnya, okupansi gedung perkantoran di atas 80%, atau sekitar 83-84%.

"Pendapat saya, sebelum pandemi sudah terjadi 'over built' sehingga terjadilah kelebihan supply. Kondisi ini diperparah dengan pandemi," ujarnya.

Lantas, bagaimana nasib gedung perkantoran ke depan?

Apakah akan muncul gejala penundaan atau menahan permintaan, maupun pengurangan pasokan baru, terutama jelang pergantian pemerintahan?

Artadinata mengatakan, karena kondisi masih lesu, pembangunan kantor baru akan sangat sedikit.

"Tidak berkaitan dengan 'wait and see' (pergantian pemerintahan) saya kira," kata Artadinata.

Sumber : CNBC 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel