Uniknya Masjid Joglo di Klaten Bikin Musafir Salfok, Sering Disangka Resto

 

Klaten - Masjid Joglo Baitul Makmur di jalan raya Penggung-Jatinom, Dusun Tegalsari, Desa Kunden, Kecamatan Karanganom, Klaten, sering membuat musafir salah fokus. 

Masjid dengan gaya arsitektur unik itu sering dikira resto atau tempat makan.
Bangunan masjid di tepi jalan itu tidak seperti masjid pada umumnya. Masjid yang berdiri di lahan seluas sekitar 1.030 meter persegi itu lebih menyerupai rumah joglo.

Kompleks masjid lebih tinggi sekitar satu meter dari jalan raya. Halaman masjid yang cukup luas ditanami pohon nyamplung dan kelengkeng di kanan dan kirinya sekaligus sebagai area parkir.

Bangunan masjid terdiri dari dua bangunan joglo bersambung. Satu untuk jamaah putra dan satu untuk putri dengan masing-masing ditopang oleh empat tiang utama di tengahnya.

Ditambah bangunan teras di kanan dan kirinya. Tidak ada tembok rapat sebagaimana umumnya masjid sehingga lebih menyerupai pendapa untuk pertemuan.

Tembok yang menonjolkan batu bata hanya ada di bagian mihrab tempat imam, selebihnya hanya sederhana berdinding kayu papan berukir. Seluruh lantainya sudah dikeramik.

Tidak ada menara menjulang di kompleks masjid atau gapura masjid. Di tengah bangunan joglo terpasang lampu gantung dan beduk di pojok timur laut.

"Ya sering dikira warung makan atau resto. Tapi setelah (musafir) sampai sini malah senang sekali," ungkap marbot dan takmir masjid, Kirmadi kepada detikJateng, Sabtu (6/4/2024).

Menurut Kirmadi, masjid itu dibangun mulai tahun 2015 oleh warga setempat, Karyawan Hari Susetyo. Saat dibangun, warga sekitar tidak mengetahui jika yang didirikan ternyata masjid.

"Dibangun diam-diam. Awalnya dikira warung tetapi ternyata untuk salat sehingga baru tahu jika dibangun masjid," kata dia.

Dia menyebut masjid itu banyak disinggahi musafir dari berbagai daerah. Sebagian memang merasa penasaran ingin melihat masjid unik itu.


"Ada yang ingin membuktikan juga kalau masjid ini unik. Di sini tidak ada sekat, pintu gerbang, di sini kotak infak juga tidak dikunci, belajar ikhlas," kata Kirmadi.

Selain itu, tambah Kirmadi, di masjid tersebut beduk masih digunakan untuk menjadi penanda waktu salat yang ditabuh sebelum azan. Di bulan Ramadan juga digunakan untuk tarawih.

"Digunakan salat lima waktu, juga tarawih saat Ramadan. Tapi karena jemaahnya musafir tidak selalu penuh, tapi minimal dua saf pasti ada," pungkas Kirmadi.

Kholim (46), warga Kranggan, Kabupaten Temanggung mengatakan sudah sering ke masjid tersebut saat menjenguk putranya yang di ponpes Klaten. Masjid Joglo awalnya dikira bukan masjid.

"Tidak mengira kalau masjid pada awalnya tapi setelah masuk baru tahu. Ya unik saja, bangunan khas Jawa tidak ada sekatnya," ungkap Kholim. 

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel