Menerka Peluang Terwujudnya Pertemuan Prabowo dan Megawati

 

Jakarta - Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming mengaku akan mengabari jika rencana Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri betul-betul terlaksana. Lantas seberapa besar peluang rencana itu akan terwujud?

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai pertemuan Prabowo dan Megawati bukan hal baru lagi. Dia menyebut kedua tokoh itu selalu berdamai setelah pilpres.

"Prabowo dan Mega tak ada sekat dan tak ada 'dendam politik' apapun. Kalah menang dalam persaingan politik perkara biasa. Rivalitas keduanya selama ini selesai setelah pemilu usai. Buktinya, habis Pilpres 2019 lalu PDIP welcome dan membuka pintu lebar ke Prabowo menjadi bagian koalisi Jokowi," kata Adi saat dihubungi, Jumat (5/4/2024).

"Jadi, jika keduanya diisukan akan bertemu sebenarnya bukan hal baru, bukan sesuai yang wah, tapi sesuai yang biasa saja mengingat keduanya selalu akur setelah pertandingan usai," lanjutnya.

Adi menilai rencana pertemuan Prabowo dan Megawati ini jadi perbincangan lantaran dikaitkan dengan hubungan Megawati dan Jokowi. Dia menyebut banyak persepsi yang menggambarkan Megawati menutup rapat pintu untuk Jokowi.

"Isu pertemuan Prabowo dan Mega ini ramai karena dikontraskan dengan sikap Mega dengan Jokowi. Mega dipersepsikan publik menutup pintu rapat-rapat ke Jokowi yang dinilai memilih pisah jalan di Pilpres 2024," jelasnya.

Karena itu lah, dia menyebut pertemuan Prabowo dan Megawati ini punya makna bersayap. "Satu sisi Mega tak ada persoalan apapun dengan Prabowo, tapi pada saat bersamaan Mega terkesan menggembok rapat-rapat pintu untuk Jokowi," imbuhnya.


Namun demikian, Adi menyebut Megawati sosok yang mampu memilah persoalan. Dia beranggapan Megawati mampu membedakan perlakuan kepada Prabowo dan kepada Jokowi.

"Prabowo dan Jokowi sepertinya dianggap dua hal yang berbeda. Secara personal komunikasi Mega dengan Prabowo terus terjalin, tak ada sekat, dan sangat mungkin keduanya bertemu. Itu artinya tak ada tembok tebal yang membatasi keduanya. Beda dengan treatment Mega ke Jokowi. Karena apapun, Prabowo ke depan akan jadi presiden bangsa 5 tahun. Kepentingan Mega tentu berkomunikasi dengan presiden mendatang. Sementara Jokowi akan jadi mantan presiden yang magnet politiknya bisa luntur secara perlahan," tuturnya.

Lebih jauh, Adi juga melihat bahwa Prabowo dan Jokowi hanya menyatu terkait kepentingan Pilpres 2024. Dia meyakini keduanya akan terpisah setelah pilpres berakhir.

"Meski publik melihat Prabowo dan Jokowi satu kesatuan, tapi satu kesatuan yang dimaksud tentu karena memiliki kepentingan politik sama di Pilpres 2024. Tapi setelah pilpres usai tentu Prabowo ya Prabowo, Jokowi ya Jokowi. Dan pastinya ke depan Prabowo akan menjadi dirinya sendiri sebagai presiden terpilih yang lepas dari bayangan siapapun," ujar dia.

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel