Hasil Pemeriksaan Laboratorium Negatif, Bupati: Klaten Nihil Antraks

 

Klaten - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten memastikan tidak adanya kasus antraks di Kabupaten Klaten. Hal tersebut sesuai dengan hasil pemeriksaan dari laboratorium.

Bupati Klaten, Sri Mulyani mengatakan hasil pemeriksaan lima warga Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan yang diduga telah mengonsumsi daging dari wilayah temuan spora antraks terbukti negatif. Sehingga Kabupaten Klaten dapat dinyatakan bebas kasus spora.

"Kasus antraks di Kabupaten Klaten sesuai hasil lab kita bebas, kita tidak ada spora antraks, nihil," kata Sri Mulyani di pendapa Pemkab Klaten, Senin (18/3/2024).

Meski begitu, kata Sri Mulyani, vaksinasi antraks akan terus dimasifkan di daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah yang terdapat kasus antraks, yaitu Gayamharjo, Prambanan, Sleman dan Serut, Gedangsari, DIY untuk mencegah adanya penyebaran kasus antraks.

"Vaksinasi dan pengawasan tetap lanjut, terutama Gantiwarno dan Bayat," ujarnya.

Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti. Ia mengungkapkan telah dilakukan pengecekan laboratorium atas sampel daging yang diduga dari wilayah temuan spora antraks, sampel darah warga, serta kulkas sebagai alat penyimpan daging.

"Dari hasil tes di darah manusia sudah negatif. Kemudian dari hasil PCR positif, itu kita lakukan lagi disinfektasi di kulkasnya. Sampai kita kemudian lakukan lagi uji swab, lagi kita ujikan sampai itu negatif, sehingga nanti kulkas bisa digunakan," ungkapnya.

Menurut Widiyanti, yang terpenting dari kasus antraks ini ialah tidak ditemukannya kultur spora antraks pada daging yang dibawa dari Dusun Kalinongko, Sleman, Yogyakarta ke Klaten serta kulkas tempat menyimpan daging.

"Kalau bacillus (bakteri), jenis bacillus itu ada 193 jenis kalau nggak salah hitung, salah satunya tuh antraks. Tapi dari hasil kultur itu tidak ditemukan spora antraks, itu yang paling penting," ungkapnya.

Ia mengatakan upaya pencegahan dengan memberikan vaksin kepada hewan ternak, khususnya sapi akan terus digencarkan di wilayah-wilayah perbatasan yang berisiko tinggi terhadap penyebaran kasus antraks.

"Vaksinnya nanti berulang, setiap 6 bulan sekali kita lakukan vaksinasi. Bukan hanya sekali. Sasarannya sesuai dengan potensi yang daerah risiko tinggi," tutur Widiyanti.

"Jadi di situ perbatasan ada 850 kalau yang di lokasi Gantiwarno. Kemudian kalau di Bayat yang paling dekat, kemarin sudah sekitar 575," sambungnya.

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel