Guyubnya Warga Jomblang Semarang Berbuka dengan Komunitas Keturunan Tionghoa

 

Semarang - Suasana guyub terlihat di antara warga yang berbuka puasa bersama di aula Kantor Kelurahan Jomblang, Kota Semarang. Suasana kerukunan terasa karena warga Muslim yang berbuka itu juga ditemani warga keturunan Tionghoa yang ikut makan bersama.

Di Kelurahan Jomblang tersebut sempat ramai di media sosial karena ada Bongpay, atau batu nisan Tionghoa yang digunakan untuk penutup selokan. Masalah itu sudah diselesaikan dan ternyata memang karena ketidaktahuan warga dan sudah terpasang sejak tahun 1990-an.

Format buka puasa di sana dibuat liwetan atau lesehan dengan daun pisang dan makan dengan royokan. Begitu azan Maghrib terdengar, doa bersama dikumandangkan untuk berbuka puasa.

Suasana makan bersama berlangsung santai, beberapa ada yang saling berbincang. Warga kemudian menjalankan Salat Maghrib dan setelah itu kembali berkumpul. Warga ada yang bertanya soal komunitas Tionghoa di Semarang yang kemudian dijawab oleh Dewan Pakar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Dewi Susilo Budiharjo.

Dewi kepada warga juga sempat mengatakan tidak ada masalah dengan insiden Bongpay yang dipakai untuk penutup. Ia memaklumi ketika warga tidak tahu, karena benda itu sudah ada lama di sana.

"Kita ini tetap sedulur. Saya lahir sebagai keturunan Tionghoa tapi saya Indonesia," ujar Dewi kepada warga, Kamis (21/3/2024).

Dewi mengaku terkejut karena ternyata disambut hangat dan mengetahui kalau wilayah Jomblang merupakan kampung yang ditunjuk Kemenag sebagai percontohan kampung Moderasi Beragama.

"Sebuah keterkejutan dan kebahagiaan Kelurahan Jomblang ternyata merupakan percontohan kelurahan moderasi beragama. Saya dengan senang hati berbuka puasa bersama di kelurahan Jomblang ini," ujarnya.

Lurah Jomblang, Henry Nurcahyo mengatakan buka bersama warga Tionghoa ini pertama dilakukan. Ia berharap momen ini makin mempererat kerukunan umat beragama.

"Saya mewakili warga msyarakat Jomblang bahagia sekali, terima kasih PSMTI pusat sudah mau mengadakan bukber bersama warga Jomblang. Insyaallah makin nambah persaudaraan warga Tionghoa dengan warga masyarakat Jomblang," ujar Henry.

Ia membenarkan Kemenag sejak tahun lalu menjadikan kampungnya sebagai percontohan moderasi beragama. Hal itu karena kerukunan di warganya yang beda-beda agama dan juga ada semua tempat ibadahnya.

"Warga di sini guyub. Jadi ada beberapa tempat ibadah dan di perkampungan dan saling jaga antara satu dengan lainnya. Iya di sini agamanya beragam," tegasnya.

Salah satu warga, Slamet Raharjo yang rumahnya terdapat Bongpay untuk tutup selokan beryukur kerukunan beragama tetap terjaga. Ia tidak tahu penutup selokan itu adalah Bong Pay karena sejak pindah ke sana 35 tahun lalu sudah terpasang.

"Sudah ada sejak 90-an. Yang punya rumah sebelumnya juga tidak tahu. Sempat kaget saat didatangi petugas, tapi ya memang tidak tahu," kata pria yang juga menjabat sebagai ketua RW 13 Kelurahan Jomblang itu.

"Ya dengan buka bersama ini bagus, semoga persaudaraan semakin terjaga," imbuhnya.

Sekedar diketahui, Bong Pay jadi penutup selokan itu sempat ramai di media sosial, pihak pemerintah setempat kemudian menggantinya. Masalah Bong Pay itu sudah rampung dan Bong Pay disimpan oleh komunitas Tionghoa dengan harapan menjadi petunjuk awal masuk warga Tionghoa ke Kota Semarang.

Sumber : detik 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel