Manuver Jokowi Keruk Suara di Kandang Banteng
Wednesday, January 24, 2024
Jakarta, Sejumlah pengamat menilai langkah Presiden Jokowi yang kerap kunjungan kerja ke Jawa Tengah beberapa waktu belakangan, merupakan upaya untuk mengerek elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran di provinsi yang dikenal sebagai kandang banteng tersebut.
Dalam dua hari belakangan saja atau 22 dan 23 Januari, Jokowi berkegiatan di Salatiga, Magelang, Wonosobo, Grobogan, Blora hingga Semarang.
Di sejumlah daerah itu, Jokowi membagi sertifikat tanah, menyerahkan bantuan gagal panen kepada petani, menyerahkan bantuan Program Indonesia Pintar, bertemu penerima bantuan BPJS Kesehatan hingga meresmikan Inpres Jalan Daerah.
Bukan cuma bagi-bagi bantuan, Jokowi pada kunjungannya itu bahkan mengkritisi kondisi jalan rusak wilayah yang kini berada di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo itu.
Jika ditarik dalam periode tiga pekan ke belakang, sejumlah kabupaten/kota di Jawa Tengah juga menjadi tujuan kunjungan kerja presiden.
Kunjungan kerja Jokowi di Jawa Tengah ini dilakukan dalam masa kampanye Pemilu 2024.
Di sisi lain, Putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang maju sebagai cawapres juga berkegiatan di Jawa Tengah dalam dua hari terakhir. Wonogiri dan Kendal menjadi daerah yang didatangi Gibran.
Bersama pasangannya, Prabowo Subianto, Gibran juga mendatangi provinsi DIY. Mereka sowan ke Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Putra Jokowi lainnya, Kaesang Pangarep yang merupakan Ketua Umum PSI, juga berkampanye di Solo dalam dua hari terakhir. PSI merupakan partai pendukung Prabowo-Gibran.
Jawa Tengah selama identik dengan julukan 'Kandang Banteng'. Julukan ini dikaitkan dengan kekuatan massa pendukung PDIP yang sangat dominan di Jawa Tengah.
Di Pemilu 2024, Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) di Jawa Tengah sebesar 28.289.413 pemilih. Jawa Tengah masuk dalam lima besar provinsi dengan jumlah DPT terbanyak.
Tak cukup runner-up
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno berpendapat kunjungan kerja Jokowi ke Jawa Tengah beberapa waktu belakangan, telah dikaitkan publik sebagai upaya menggempur kandang banteng dan basis Ganjar Pranowo.
Menurutnya, Jokowi mesti turun gunung lantaran tidak ingin Prabowo-Gibran hanya menjadi runner up di provinsi tersebut.
"Itu artinya Jokowi mesti 'turun gunung' untuk menangkan Prabowo-Gibran di sana. Sepertinya kalau paslon nomor 2 cuma runner-up, itu tak cukup," kata Adi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (23/1) malam.
Jawa Tengah sejauh ini memang masih dikuasai pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Hal itu terekam salah satunya berdasar survei Litbang Kompas periode 29 November-3 Desember 2023.
Dari penguasaan dapil, Prabowo-Gibran memang unggul dari Ganjar-Mahfud. Prabowo-Gibran unggul di enam dapil, sementara Ganjar-Mahfud unggul di empat dapil.
Namun, dari total elektabilitas seluruh Jawa Tengah, Ganjar-Mahfud unggul dari semua pasangan calon.
Anies-Muhaimin memiliki elektabilitas 4,3 persen di Jawa Tengah. Prabowo-Gibran sebesar 29,6 persen. Ganjar-Mahfud 31,6 persen. Ada 34,5 persen responden yang belum menentukan pilihan.
Menurut Adi, perebutan di Jawa Tengah bukan hanya sekadar untuk mendapat suara di provinsi dengan jumlah DPT besar, namun ada gengsi politik yang dipertaruhkan.
"Jawa Tengah provinsi dengan jumlah pemilih terbesar ketiga. Di luar itu ada urusan gengsi politik yang dipertaruhkan antara Jokowi dan PDIP," katanya.
Adi berpendapat faktor kerja keras lapangan akan menjadi penentu siapa nantinya yang bakal unggul di Jawa Tengah.
Ia menjelaskan jika menyangkut Jawa Tengah, ada tiga faktor yang harus diperhatikan.
"Pertama Kandang Banteng. Kedua sosok Ganjar Pranowo yang tingkat kepuasannya tinggi saat jadi gubernur. Ketiga juga menyangkut Jokowi yang approval ratingnya juga kuat. Kerja keras lapangan. Adu kuat mesin PDIP dan Jokowi," ujar Adi.
Terpisah, Pengamat politik Universitas Padjadjaran Idil Akbar mengatakan meski tidak ditunjukkan secara terbuka, namun langkah turun gunung Jokowi itu bisa disebut untuk membantu Prabowo-Gibran di Jawa Tengah.
"Konteksnya adalah bagaimanapun kita tahu beliau bapaknya Gibran, walaupun beliau seorang presiden, tapi sebagai orang tua saya pikir memang upaya untuk selalu membantu anak adalah suatu keniscayaan," kata Idil.
Sejalan dengan tujuan untuk menaikkan suara Prabowo-Gibran, ia berpendapat Jokowi juga ingin membuktikan bahwa Jawa Tengah bisa direbut dari PDIP.
"Jawa Tengah memang jadi basis PDIP dalam hal ini Ganjar secara luas, tapi Pak Jokowi ingin membuktikan itu bisa direbut. Hasil survei menunjukkan Jawa Tengah antara Ganjar dan Prabowo menunjukkan perbedaan tidak signifikan, meskipun Ganjar masih di atas, tetapi itu masih bisa dikejar," katanya.
Seberapa besar dampak Jokowi?
Menurut Idil, faktor Jokowi sedikit banyak bisa menaikkan suara Prabowo-Gibran di Jawa Tengah.
Menurutnya, masyarakat yang puas terhadap Jokowi bisa saja menjatuhkan pilihannya kepada Prabowo-Gibran karena dianggap akan melanjutkan program Jokowi.
"Faktanya kalau beliau sampai saat ini masih dianggap memuaskan oleh masyarakat, khususnya di Jawa Tengah dan itu sedikit banyak bisa mempengaruhi perilaku memilih masyarakat. Mereka menganggap pasangan nomor dianggap atau dinilai akan meneruskan kinerja atau kerja politik Pak Jokowi," katanya.
Jika merujuk hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia periode 30 Desember 2023-6 Januari 2024, masyarakat yang puas terhadap kinerja presiden mayoritas mendukung Prabowo. Disusul memilih Ganjar kemudian Anies.
Lebih lanjut, menurut Idil, faktor yang tidak bisa diremehkan adalah Jokowi yang masih menjabat sebagai presiden, memiliki sumber daya atau resources yang masih cukup kuat.
"Dalam konteks itu pasangan 02 mungkin lebih 'diuntungkan'. 02 akan lebih diuntungkan karena posisi Gibran di sana sebagai anak, sehingga kemudian dibantu secara full," katanya.
Sumber : CNN